Agnes (915130054)
Janny (915139101)
MATA KULIAH:
Dasar-Dasar Periklanan Kelas B
DOSEN:
Santo Tjhin
1. Pendahuluan
Museum Wayang adalah salah satu museum yang berada di
dekat Museum Fatahillah, tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta
Barat. Gedung ini pada awalnya merupakan bangunan Gereja yang dibangun pada
tahun 1640 dengan nama “de Oude Holandsche Kerk”. Pada tahun 1732 gedung ini
diperbaiki dan diganti namanya menjadi “de Nieuw Holandsche Kerk”. Bangunan ini
juga pernah hancur akibat gempa bumi.
Lembaga yang menangani pengetahuan dan kebudayaan
Indonesia membeli bangunan ini dan diserahkan kepada “Stichting Oud Batavia”
dan tanggal 22 Desember 1939 dijadikan museum dengan nama “Oude Bataviasche
Museum”. Tahun 1957 diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia.
Tanggal 17 Desember 1962, museum ini diberikan kepada
Departemen P dan K. Kemudian diserahkan kepada Pemerintah DKI tanggal 23 Juni
1968 untuk kemudian dijadikan Museum Wayang. Dan tanggal 13 Agustus 1975
diresmikan oleh Gubernur KDKI Jakarta Bp. H. Ali Sadikin. Sejak 16 September
2003 mendapat perluasan bangunan hibah dari Baoak Probosutedjo.
Di dalam museum ini terdapat banyak sekali jenis-jenis
wayang yang terbuat dari kayu dan kulit ataupun bahan lainnya. Wayang-wayang
dari luar negeri pun ada di dalam Museum Wayang, seperti dari Republik Rakyat
Tiongkok dan Kamboja. Koleksinya yang mencapai lebih dari 4.000 buah wayang ini
terdiri dari wayang-wayang yang bermacam-macam, terdiri atas wayang kulit,
wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka,
wayang beber, serta gamelan. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum
ini adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal
dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam,
India dan Kolombia.
Setiap hari minggu, terdapat pagelaran rutin yang
dilakukan di dalam Museum Wayang. Pagelaran tersebut terdiri dari Wayang Kulit
yang berasal dari Surakarta, Yogyakarta, Banyumas, serta Betawi; Wayang Golek;
Wayang Orang yang berasal dari Surakarta dan Betawi; Wayang Beber Metropolitan;
Animasi 3D; serta Workshop Pembuatan Wayang.
Lebih dalam mengenai isi dari Museum Wayang akan
dituliskan sebagai berikut:
- Wayang Kulit Purwa Ngabean
Wayang Ngabean dibuat pada tahun 1917 oleh keluarga
Ngabean. Dalem Ngabean merupakan salah satu rumah bangsawan Yogyakarta
yang terkenal karen disamping memiliki koleksi wayang kulit juga karena salah
satu pusat kesenian di Yogyakarta. Wayang Ngabean ini merupakan milik dari
kakak kandung Sultan. Salah satu kotaknya dapat dijadikan koleksi Museum
Wayang. Wayang Ngabean tidak berbeda jauh dengan wayang kulit intan. Bedanya
hanya tidak ditaburi dengan intan batu yakut.
- Wayang Kulit Banjar
Wayang Banjar ini diperkirakan berasal dari zaman
kesultanan Demak pada abad ke-16 Masehi. Wayang Banjar dikenal oleh suku
Banjar, yang berada di daerah Kalimantan Selatan, Kalimanatan Tengah, dan
Kalimantan Timur. Bentuk wayang kulit ini tidak jauh berbeda dengan Wayang
Kullit Purwa, hanya kulitnya dari kulit lembu (sapi) dan pewarnaannya dari cak
minyak atau kayu, seperti misalnya cat gltek sebagai bahan pewarna yang utama.
Tangkai dari wayang ini terbuat dari bambu.
- Wayang Kulit Sadat
Wayang Sadat dibuat tahu 1985 oleh Suryadi Warnosuhardjo
dari Desa Mireng, Kecamatan Trucuk. Beliau adalah seorang guru Matematika asal
Sekolah Pendidikan Guru Muhammadiyah (SGO) Klaten, Jawa Tengah. Wayang ini
dipergunakan untuk isualisasi keislaman dengan nuansa pesantren, namun masih
menggunakan dasar budaya Jawa. Bentuk wayangnya realistik, memakai jubah, tutup
kepada seperti sorban, jadi berbeda dengan bentuk wayang kulit lainnya. Cara
mempergelarkannya menggunakan panggung, kemudian dibuka dengan iringan bedug
dan dalang.
- Wayang Kulit Wahyu
Munculnya Wayang Wahyu merupakan gagasan dari Booeder
Timo Heus Wignyosubroto, seorang pastur dari Surakarta. Pada tahun 1959
setelah diadakan tukar pikiran dengan MM. Atmowijoyo, R. Roesradi Wijoyosawarno
dan J.
Soetarno, mulai didapat kata sepakat untuk merealisasikannya. Wayangnya
dibuat oleh R. Roesradi pada tahun 1960. Lakon/sumber dari Wayang Wahyu
berasal dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan Baru, dimana di dalamnya tertulis
wahyu/ firman-firman Tuhan. Cerita Wayang Kulit Wahyu dimulai dari Nabi Adam
dan Siti Hawa berada di surga diganggu oleh setan sehinga diturunkan ke dunia.
Wayang ini dibuat untuk kepentingan visualisasi agama Kristen dan dipentaskan
setiap hari besar Kristen,
- Wayang
Kyai Intan
Wayang ini merupakan karya
orang Tionghoa bernama Babah Palim dari Mutilan, Jawa Tengah yang dibuat pada tahun
1870. Wayang Kulit Kyai Intan ini mempunyai spesifikasi tertentu, wandanya sama
saja dengan bentuk standar wayang kulit dari Yogyakarta maupun wayang kulit
lainnya. Bahan dasar untuk membuat wayang kulit ini adalah kulit kerbau pilihan
dengan tebal dan kehalusan kulitnya. Cat yang dipergunakan untuk menyungging
wayang kulit intan tidak sama dengan cat yang dipergunakan sekarang ini, yaitu
cat sakura.
- Gamelan
Kyai Intan
Gamelian Kyai Intan ini
merupakan satu set dengan Wayang Kyai Intan, yang diprakarsai oleh Babah
Poli" dan dibuat oleh Ki Guno Kerti pada tahun 1870 di Mutilan Jawa
Tengah, dengan laras Pelog dan Selendro. Gamelan ini menjadi koleksi Museum
Wayang pada tahun 1975.
- Wayang
Golek Elung Bandung
Wayang Golek Elung Bandung
dibuat tahun 1965 karya R. S. Prawiradilaga, seorang tokoh budayawan, Almarhum
Sulaeman Prawiradilaga, atau lebih dikenal dengan nama panggilan Pak Sule,
seorang pensiunan Wedana, yang mengkhususkan dirinya menciptakan wayang golek
"Elung" ciptaannya, mengungkapkan cerita lain dari asal-usul Wayang
Golek Purwa Sunda di Priangan. Museum Wayang telah berhasil menghimpun koleksi
Wayang Golek Purwa "Elung" buah tangan Pak Sule, dengan bahan dari kayu
cendana dari tahun 1975 sampai tahun 1980 sebanyak 126 buah. Menurut Pak Sule,
Wayang Golek Sunda baru mulai dikenal di Priangan, khususnya di Sumedang.
- Wayang
Golek Menak Kebumen
Pada waktu agama Islam masuk
ke Jawa, cerita-cerita Agama Islam juga menyertainya. Cerita Menak yang
terkenal adalah cerita Amir Hamzah paman Nabi Muhammad. Dalam kisah Menak
berbahasa Jawa nama-nama tokoh Islam dijadikan nama-nama tokoh Jawa, misalnya
Amir Hamzah menjadi Wong Agung Menak Jayengrana. Umar menjadi Umarmaya, dan
lain-lain. Kata menak berarti bangsawan. Wayang golek pertama kali dibiuat oleh
Sunan Kudus.
- Wayang
Sasak NTB
Wayang Kulit Sasak berasal
dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Disebut Sasak karena pembuatannya berasal
dari etnis Sasak. Penatah Wayang Sasak sampai saat ini ialah Amak Rahimah.
Dulu, wayang Sasak dipergunakan untuk berdakwah agama Islam di pulau Lombok.
Bentuk wayang Sasak mirip dengan wayang kulit Gedog. Cerita wayang Sasak
mengisahkan Amir Hamzah (paman Nabi Muhammad SAW). Amir Hamzah dalam Wayang
kulit Sasak, namanya diganti sesuai dengan nama Indonesia (Jawa) yaitu Wong
Agung Menak Jayengrana. Pedoman yang dipakai huruf bahasa Jawa, diambil dari
serat Menak karangan Yosodipura.
- Wayang
Kulit Tejokusuman
Wayang Kulit Tejokusuman
dibuat tahun 1946. Tatahan dari wayang ini rumit dan sunggingannya halus,
seperti Wayang Ngabean dan Wayang Kyai Intan. Perbedaan mendasar adalah karena
badan wayang diwarnai krem, sedangkan wayang yang umum berwarna kuning keemasan
Prada Mas atau Brons. Pembuatan wayangnya termasuk tradisional yaitu mencari
bulan dan hari yang baik menurut hitungan Jawa.
- Blencong
Sebelum dikenal adanya lampu
yang menggunakan listrik, pertunjukan wayang kulit pada masa itu masih
menggunakan lampu penerang pada layar/ geber dengan memakai bahan bakar minyak
kelapa yang diberi sumbu dari lowe atau benang kapas (bahan untuk tenun
pakaian). Lampu berbasis minyak tersebut itulah yang dinamakan Blencong. Dalam
tata pamer kali ini, Museum Wayang menghadirkan koleksinya berupa Blencong
untuk dipamerkan sebagai wujud pembelajaran. Blencong yang ada di Museum Wayang
merupakan sumbangan dari Kolonel (Purn) Casel A Heshisius, perwira kerajaan
yang berasal dari Den Haag, Belanda.
- Wayang
Revolusi
Tahun 1950-an RM Sayid membuat
"Wayang Perdjoeangan", (sekarang dikenal dengan nama Wayang
Revolusi). Perangkat wayang yang istimewa ini dibeli oleh Wereldmuseum (dulu
Museum Voor Vol Kenkunde atau Museum Ilmu Bangsa-Bangsa) di Rotterdam. Wayang
Revolusi tidak pernah memiliki naskah cerita tertulis sehingga pagelaran wayang
tersebut tidak memiliki pakem yang khusus. Pada umumnya pagelaran wayang ini
mengambil cerita dari berbagai sumber sejarah nasional Indonesia dan
disesuaikan dengan tokoh-tokoh wayang yang ada.
2. Metode Penelitian
Untuk penelitian ini
, kami menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Dengan pemilihan
metodologi ini, kami akan menggunakan metode penelitian fenomenologis, dimana
kami dengan pengalaman kami pergi ke Museum Wayang dan menganalisisnya dari
perspektif partispan.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan
analisis yang kami lakukan, kami menemukan bahwa Museum Wayang memang memiliki
kekurangan dan kelebihan. Hal ini dilihat dari berbagai aspek, dari eksterior,
interior, isi, maupun staff yang
bekerja di dalam.
Di
bawah ini akan kami jabarkan kekurangan dari Museum Wayang:
Ø Tidak
terlihat seperti museum. Dari depan, jika tidak ada plang bertuliskan
"Museum Wayang" di atas pintu masuk, orang tidak akan mengetahui
bahwa itu adalah museum. Ditambah dengan warna gedung yang hanya bercatkan
putih dengan jendela hijau, membuatnya tidak terlalu mencolok dan menarik.
Ø Staff yang tidak tersebar
dengan baik. Saat kami masuk ke dalam, beberapa staff berkumpul di konter depan tempat membeli tiket masuk. Padahal
konter itu cukup dijaga oleh seorang atau mungkin dua orang jika perlu. Dan
saat di dalam, hanya ada sedikit staff
yang berada di dekat wayang-wayang dan siap menjawab pertanyaan yang mungkin
ingin ditanyakan oleh pengunjung. Bahkan saat kami berkunjung, hanya ada
seorang staff yang berada di lantai 2
dan tidak ada lagi sampai kami sampai di tempat penjualan souvenir.
Ø Pencahayaan
yang tidak baik. Hal ini paling parah terjadi sejak lorong yang menghubungkan
ruangan dimana boneka-boneka mancanegara dipajang dengan ruangan dimana Gamelan
Kyai Intan diletakan.
Ø Lampu
yang tidak berfungsi sama sekali. Hal ini terjadi di lorong setelah ruangan
dimana Gamelan Kyai Intan diletakan. Di lorong yang menurun itu, diletakan
pajangan-pajangan wayang di samping kiri. Sayangnya lampunya tidak berfungsi sama
sekali sehingga sangat sulit untuk melihat wayang yang dipajang. Hal ini tentu
menurunkan minat pengunjung untuk menikmati, dan mungkin saja bahkan tidak
disadari adanya wayang yang dipajang karena gelap.
Ø Cerita
dari staff yang cukup menakuti. Kami
sempat menanyakan kepada salah seorang staff, tepatnya yang berada di lantai 2,
dan beliau bercerita bahwa beliau sering kali berpapasan atau merasakan adanya
mahluk halus saat ia berjaga malam di Museum Wayang. Walau ceritanya mungkin
menarik, tetap saja hal itu akan menakuti pengunjung dan menurunkan minat untuk
kembali lagi ke Museum Wayang.
Ø HPL
yang rusak. Kembali hal ini kami temukan di lorong setelah ruangan dimana
Gamelan Kyai intan diletakan. Entah memang karena tidak disadari atau
dikarenakan perawatan yang kurang baik.
Ø Brosur
yang kurang menarik. Brosur dari Museum Wayang untuk turis lokal kurang
menarik, dimana warna dasarnya yang berwarna biru muda kurang menarik.
Desainnya pun bisa dibilang biasa saja, tidak membuat orang jadi ingin kembali
melihat atau membacanya. Tulisan dari brosur pun pada bagian sejarah ada yang
disingkat-singkat. Bagi orang yang memiliki selera literasi tinggi, hal ini
tentu menurunkan niat untuk kembali membaca.
Ø Staff museum yang kurang
inisiatif. Hal ini kami rasakan karena kami harus meminta brosur itu langsung
dari staff. Padahal ekspektasi kami,
brosur akan diberikan pada kami saat kami membeli tiket masuk, tapi ternyata
kami harus memintanya di akhir kunjungan kami.
Ø Sirkulasi
udara kurang baik. Kami merasa di dalam museum sirkulasi udara tidak terjadi
dengan baik sehingga terasa agak panas dan pengap di dalam.
Meski
terdapat kekurangan, bukan berarti Museum Wayang tidak memiliki kelebihan. Di
bawah ini akan kami jabarkan kelebihan dari Museum Wayang:
Ø Koleksi
wayang yang banyak dan lengkap. Wayang-wayang yang ada di dalam Museum Wayang
sangat beragam jenisnya. Koleksi wayangnya juga berasal dari berbagai daerah di
Indonesia sehingga tentunya dapat dikatakan cukup lengkap. Bukan hanya beragam,
wayangnya juga dirawat dengan baik.
Ø Dilengkapi
boneka mancanegara. Mungkin hal ini dianggap pelengkap, tapi dengan adanya
boneka-boneka mancanegara, tentunya membuat Museum Wayang semakin lengkap
koleksinya. Tidak hanya berasal dari daerah Asia seperti Republik Rakyat
Tiongkok, juga ada yang berasal dari tanah Eropa seperti Rusia.
Ø Terdapat
toko souvenir yang cukup lengkap. Terdiri dari wayang golek, wayang kulit,
wayang kaca, buku-buku pewayangan, gantungan kunci, dan sebagainya.
Ø Staff yang ramah. Meskipun
tidak tersebar dengan baik, para staff
yang berada di Museum Wayang sangat ramah dan bersahabat.
Ø Terdapat
brosur dalam berbagai macam bahasa. Tidak hanya dalam bahasa Indonesia, brosur
Museum Wayang terdapat juga dalam bahasa Mandarin, dan lain-lain.
Ø Terdapat
penjelasan mengenai wayang dalam bahasa Inggris. Hal ini akan memudahkan turis
mancanegara untuk mengetahui apa yang tertulis mengenai wayang yang dipajang di
Museum Wayang.
4. Implikasi Teori
Dari
analisa kami saat mengunjungi Museum Wayang, kami melihat beberapa teori yang
bisa diimplikasikan ke dalam museum ini. Baik dalam penataan cahaya, landmark,
dan juga komunikasi.
Dibawah
ini teori-teori yang bisa diimplikasikan ke dalam Museum Wayang:
Ø Teori
Tata Letak
Penempatan lokasi museum dapat bervariasi, mulai dari
pusat kota sampai ke pinggiran kota. Pada umumnya sebuah museum membutuhkan dua
area parkir yang berbeda, yaitu area bagi pengunjung dan area bagi karyawan.
Area parkir dapat ditempatkan pada lokasi yang sama dengan bangunan museum atau
disekitar lokasi yang berdekatan. Untuk area diluar bangunan dapat dirancang
untuk bermacam kegunaan dan aktivitas, seperti acara penggalangan sosial, event
dan perayaan, serta untuk pertunjukan dan pameran temporal.
Dalam implikasinya, museum ini ada di pusat kota sehingga
dapat dengan mudah dijangkau oleh masyarakat. Tetapi, museum ini tidak memiliki
lapangan parkir sendiri dikarenakan daerah museum ini terletak bersama-sama
dengan beberapa museum lainnya sehingga sulit untuk memarkir kendaraan. Untuk
area di luar museum, terdapat alun-alun kota yang langsung dapat digunakan jika
ada event, perayaan, pertunjukan, dan lain-lain.
Ø Teori
Pencahayaan
Kebutuhan dan sistem pencahayaan
akan berbeda menyesuaikan fungsi ruang dan jenis display. Sebagai contoh,
sebuah museum sejarah alam mungkin hanya perlu distribusi umum minimal
sementara pada kasuseksibisi diberikan pencahayaan pada display. Pada ruang
eksterior,pencahayaan dan pencahayaan ruang luar dapat digunakan untuk
mendramatisir dan memperlihatkan tampilan museum.
Kerusakan akibat cahaya bersifat
kumulatif dan tak terhindarkan. Energi dari cahaya mempercepat kerusakan.
Energi ini dapat menaikkan suhu permukaan benda dan dengan demikian menciptakan
iklim-mikro dengan berbagai tingkat kelembaban relatif dan reaktivitas kimia.
Pencahayaan dapat menyebabkan koleksi memudar, gelap, dan mempercepat penuaan.
Cahaya yang terlihat adalah
kombinasi dari berkas cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu.
Panjang gelombang cahaya ini adalah 400-700 nanometer (nm). Rentang ultraviolet
adalah 300-400 nm. Cahaya di kisaran biru hingga akhir dari spektrum
ultraviolet memiliki energi lebih dan dapat lebih merusak objek.
Karena tidak satupun sinar
ultraviolet (UV) atau inframerah (IR) yang boleh mempengaruhi tampilan,
keduanya harus dihilangkan sepenuhnya dari area pameran, area penyimpanan koleksi,
dan area penanganan. Dua sumber utama sinar UV adalah sinar matahari
(pencahayaan alami) dan lampu neon (pencahayaan buatan).
Dalam implikasinya, museum ini
memiliki tata pencahayaan yang tidak baik. Karena pada beberapa ruangan dan
lorong di museum, memiliki pencahayaan yang sangat minim sehingga sulit untuk
melihat. Terlebih pada ruangan display terakhir, wayang yang dipamerkan dalam
etalase sama sekali tidak diberikan lampu sehingga wayang tersebut tidak dapat
terlihat.
Ø
Teori
Peranan: Peranan yang Diharapkan VS Peranan yang Dimainkan
Dalam
teori komunikasi dua orang, khususnya dalam interaksi sosial, disebutkan bahwa
setiap manusia memiliki peranan. Sebuah peranan secara sederhana merupakan
seperangkat norma yang berlaku bagi subkelas tertentu dalam masyarakat. Dan
dalam banyak situasi, peranan yang diharapkan dan yang dimainkan seseorang bisa
amat berbeda. Hal ini disebut dengan ‘peranan yang diharapkan versus peranan
yang dimainkan’.
Dalam
implikasinya terhadap staff yang ada
di Museum Wayang, staff seakan
memainkan peran yang tidak atau kurang sesuai dengan yang diharapkan. Dimana
mereka sebenarnya diharapkan ketersediaannya untuk berada dan tersebar di dalam
Museum Wayang untuk menjawab dan menerangkan isi dari Museum Wayang. Namun mereka
malah berkumpul di konter karcis untuk duduk-duduk dan bercanda.
Sementara
yang berada di dalam, meskipun memainkan peranan mereka sebagai guide, tetap kurang sesuai. Dimana salah
satu staff yang kami sempat ajak
bicara, menceritakan bagaimana ia merasakan dan ‘bertemu’ dengan mahluk halus
yang seharusnya tidak ia lakukan. Karena meskipun terdengar menarik, hal itu
bisa saja mengurungkan niat pengunjung untuk datang kembali.
Ø
Teori
Bauran Pemasaran Kottler
Didalam
pemasaran terdapat bauran pemasaran. Bauran pemasaran ialah serangkaian
variabel pemasaran terkendali yang dipakai oleh perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang dikehendaki perusahaan dari pasar sasarannya
(Kotler 1984, 41). Bauran pemasaran terdiri dari segala hal yang bisa
dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan atas produknya.
Beberapa kemungkinan itu bisa dikumpulkan kedalam empat variabel yang
dikenal sebagai “ 4 P”
yaitu :
Segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kedalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki,
dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan suatu keinginan atau
kebutuhan.
Definisi harga adalah
sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk
3.
Place (tempat)
Definisi tempat adalah
berbagai kegiatan yang membuat produk terjangkau oleh sasaran konsumen.
4.
Promotion (promosi)
Definisi
promosi adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menonjolkan
keistimewaan-keistimewaan produknya dan membujuk konsumen agar membelinya.
Dalam implikasinya terhadap bagaimana Museum Wayang
memasarkan dirinya, Museum Wayang seakan kurang aktif dan terkesan sangat
pasif. Meskipun berlokasi di tempat yang cukup strategis, yaitu di Kota, dan
harga tiket masuk yang murah, Museum Wayang seakan tidak bisa menggunakan
kelebihan itu dan tidak memaksimalkan kegiatan promosi. Bukan hanya itu, Museum
Wayang juga seperti tidak memanfaatkan sarana yang ada di dekatnya. Jika saja
Museum Wayang membuat sebuah event
tentang perwayangan dengan gaya modern, bukan hanya akan menarik masyarakat
untuk berkunjung, tapi juga memperkenalkan wayang-wayang yang ada di dalam
msuseum tersebut.
5. Kesimpulan
Menurut kami, museum ini akan memiliki lebih banyak pengunjung
apabila infrastrukturnya diperbaiki. Seperti dengan menambah atau memperluas lahan parkir sehingga para
pengunjung dapat memarkirkan
kendaraannya dengan mudah. Museum ini juga perlu memperbaiki penerangan dalam
museum agar pengunjung dapat melihat apa yang dipamerkan dengan jelas. Karena pencahayaan yang buruk tentu mengurangi niat
pengunjug untuk kembali. Pihak museum juga perlu memperbaiki siklus
udara dalam museum untuk menghindari rasa panas dan pengap. Selain itu lantai, HPL, serta display yang rusak perlu diganti.
Selain itu, para staff
dari Museum Wayang harus diberi pelatihan dan pengertian mengenai bagaimana
mereka seharusnya bekerja dalam museum. Penyebaran yang tidak merata dan
sulitnya menemukan mereka di dalam museum tentunya membuat pengunjung membuat
pengunjung enggan datang kembali. Sebaiknya para staff yang berada di konter karcis, dengan inisiatif mereka
sendiri, langsung memberikan brosur Museum Wayang. Hal ini bukan masalah butuh
atau tidaknya pengunjung, tapi hal ini merupakan hal yang seharusnya menjadi
kewajiban dari staff. Dengan
memberikan brosur, secara tidak langsung akan memudahkan pengunjung untuk
mengenal Museum Wayang secara umum.
Dan terakhir, publikasi akan Museum Wayang harus
ditingkatkan. Bukan hanya untuk menarik pengunjung untuk datang, tapi juga
untuk melestarikan kebudayaan Indonesia yang membanggakan, yaitu wayang.
Daftar Pustaka
Brosur
Resmi Museum Wayang
Rakhmat, Jalaluddin (2002). Psikologi Komunikasi. Bandung, PT Remaja Rosadkarya.
http://ilmutatakota.wordpress.com/2011/04/10/konsep-citra-kota-dalam-urban-design/ - Rabu, 26 November 2014. 17.38 WIB.
http://www.scribd.com/doc/144859880/Dasar-Teori-Desain-Interior - Rabu, 26 November 2014. 18.03 WIB.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125587-R050846-Pengaruh%20pencahayaan-Literatur.pdf – Rabu, 26 November 2014. 18.54 WIB.
http://e-journal.uajy.ac.id/3288/4/2TA12274.pdf - Rabu, 26 November 2014. 17.23 WIB.
http://kumpulan-teori-skripsi.blogspot.com/2011/04/teori-pemasaran-menurut-kotler.html - Kamis, 27 November 2014. 17.34 WIB.
Lampiran
Gambar 1: Tampilan depan Museum Wayang. |
Gambar 2: Wayang Gatot Kaca yang berada di dekat konter karcis. |
Gambar 3: Salah satu koleksi boneka luar negri milik Museum Wayang. |
Gambar 4: Display wayang-wayang di lantai 2 Museum Wayang. Untuk ruangan ini, penerangan masih terjaga dan terawat dengan baik. |
Gambar 5: Gamelan Kyai Intan. Dapat dilihat bahwa penerangan ruangan ini tidak baik. |
Gambar 7: salah satu display yang berada di samping lorong setelah ruangan Gamelan Kyai Intan. Terlihat sekali bahwa tidak ada pencahayaan apapun yang digunakan untuk menerangi display ini. |
Gambar 8: HPL yang rusak parah di dalam Museum Wayang. Tepatnya, masih, berada di lorong setelah ruangan Kyai Intan. |